Thursday, April 21, 2011

you wish and He's command

Between d and r..

Untuk kesempatan yang diberikan kali ini, saya sangat bersyukur. Bukan karena baru pindah kerjaan, namun lebih dikarenakan pada beruntungnya saya mendapatkan berbagai kesempatan yang langka ini.

Menikmati pekerjaan, baru saya rasakan sekarang. Saat saya bertanya pada seorang teman "Ci, kerja di bank enak ya?" jujur saja saya lupa nama Cici tersebut. Dan dia menjawab "Ga enak! Kerja dimana pun ga enak! Enakan kawin sama konglomerat!" Weew.. sebuah jawaban yang dulu sempat terlintas dipikiran, namun entah kenapa itu terdengar konyol. Bisa dibilang kalau kata ibu saya "Jangan mimpi!" alias tidak realistis. Apalagi si Cici teman saya ini, seorang ibu beranak dua. Hahahaha.. kembali ironi dunia hadir dalam perjalanan hidup saya.

Judul diatas sepintas biasa saja, saya juga tidak merasa "wah!". Saya tidak pernah tidak bermimpi (Saya suka kalimat ini! =p). Saat saya mulai mengerti bahasa inggris (tahun 90'an bahasa ini selalu hadir di tv kita), mencoba memaknai isi cerita film, memahami novel dari merekalah saya menapaki makna kehidupan. Tak ketinggalan orang-orang hebat disekeliling saya. Keluarga, teman dan relasi. Sikap mereka yang acuh, sombong, perhatian, iri, baik, remeh dan semua hal yang menjadikan saya seorang pemimpi.

Tunggu..
Jangan terlalu liar memikirkan jauhnya impian saya. Saya termasuk pemikir. Kapan pun dan dimana pun dan apa pun, saya bisa memikirkannya berhari-hari. Jadi untuk mimpi pun saya akan mengolahnya terlebih dulu. Karena saya sempat merasakan, mimpi tanpa berpikir itu jauh lebih ribet mengatasinya apabila menjadi kenyataan. Haha..

Mimpi saya tidak jauh dan tidak banyak. Hanya satu, namun selalu saya ucapkan berkali-kali.

SMA, sebagai anak pinggiran saya selalu berfikir untuk bisa bergaul dengan banyak orang hebat dilingkungan yang juda dahsyat. Metropolitan. Tahun '90 an, saya tidak bisa tidak terpana, dikala orang tua mengajak ke Jakarta. Ya, Jakarta. Belum New York! Tepatnya Jl. Sudirman, entah kenapa, saya selalu berbicara dalam hati, suatu saat saya akan berada tepat diantara gedung-gedung menjulang ini demi menggapai tujuan, belum impian. Dan sejak itulah saudara-saudara, ibarat berikhtiar. Setiap lewat Jl. Sudirman saya meng-amin-i-nya. Dengan harapan suatu hari saya berada di tengah ibu kota, bukan orang pinggiran lagi.

Avra kedavra..!
Impian itu didengar, yaa...impian itu didengar! Senang bukan kepalangkan!!
Seharusnya.

"So this is it..
This is what I wished for
Just isn't how I envisioned it
Feigned to the point of imprisonment
I just thought the shit'd be different
But something changed
The minute that I got a whiff of it
I started to inhale it Smell it
Started sniffin' it
And it became my cocaine
I just couldn't quit
I just wanted a little bit
Then it turned me in to a monster
I became a hypocrite.."
*Careful What You Wish For - Eminem

Ironi, untuk pertama kali hadir. Saya terjebak dalam kecepatan, emosi yang tidak berbatas dan keegoisan. Bagaimana tidak, metropolitan yang saya pikir adalah masa depan ternyata tidak sesuai dengan watak saya yang pinggiran. Dari sanalah saya mengerti what you wish, sometimes is not what you want . Ibu kota kejam nak.

Masih berlanjut, tapi saya harus mencari seraup berlian dulu..

*Sayangilah sesama*










No comments:

Post a Comment