Friday, April 22, 2011

Shoot! It's happens!

Ini bukan lanjutan tulisan saya kemarin, hanya sekedar menyebar keisengan inspirasi saya. Tidak ada kata bosan dalam hidup saya berapa kali pun saya menonton film ini.

Bumper Sticker Guy: [running after Forrest] "Hey man! Hey listen, I was wondering if you might help me. 'Cause I'm in the bumper sticker business and I've been trying to think of a good slogan, and since you've been such a big inspiration to the people around here I thought you might be able to help me jump into - WOAH! Man, you just ran through a big pile of dog shit!"

Forrest Gump: "It happens"

Bumper Sticker guy: "What? shit?"

Forrest Gump: "Sometimes"


Hari kamis lalu, sore hari ketika kembali ke peraduan di pinggiran kota Jakarta.

Seperti biasa, saat pulang dengan menumpang bus eksekutif nan eksklusif jurusan kantor - rumah saya. Hari itu, bertepatan dengan hari terakhir kerja. Karena jumat merupakan tanggal merah. Jalanan padat merayap menghiasi kepulangan saya sore itu. Bukan hanya jalanan, bus yang saya tumpangi pun ramai dengan kursi yang sebagian besar dipenuhi oleh ibu - ibu dan mba-mba kantoran.

Walhasil, saya mendapat tempat di seberang kusir, di pintu keluar-masuk bus tepatnya. Di sebelah kusir, duduklah seorang kaka (cewe) dan dede (cowo). Setengah jam awal perjalanan, mereka habiskan dengan terlelap. Kecapekan setelah seharian berbelanja, pikir saya.

Detik berikutnya,
Si dede yang berumur sekitar 8 tahun, terbangun dengan maksud ingin mengeluarkan hajat kecilnya. Tak saya sangka, dede membawa persiapan botol minuman, namun tidak sempat saya berpikir lebih lama, dede pun dengan santai dan aduhai tiba-tiba saja mengeluarkan "gajah" kecil yang untungnya seukuran dengan mulut botol.

Kepalang saya pun bergidik, perasaan jijik memenuhi kepala saya. Bukan karena "gajah" si dede. Namun lebih kepada santainya si dede mengeluarkan si "gajah", yang saya perkirakan dirinya sudah lihai dalam hal tersebut. Dituntut rasa penasaran, saya pun bertanya pada si kaka, "bilang aja sama supir untuk menepi", si kaka dengan santai hanya menjawab "ga apa apa, kalau ditahan bisa sakit..".

Wow, hal yang kurang wajar akan menjadi sangat wajar bagi mereka yang memang sering melakukannya. Ini terlihat dari sang dede, yang tidak malu dan tidak segan mengeluarkan "gajah" untuk buang hajat di hadapan penumpang lain. Selintas saya berpikir, kali ini si dede bisa dimaklumi karena masih kecil, namun jika ia tidak belajar mengendalikan diri dari sedini mungkin, jangan harap 10 tahun lagi, masyarakat bisa dengan mudah menerima perilakunya tersebut. Semoga dede dapat pelajaran pengendalian diri di tempatnya menuntut ilmu. Entahlah, mungkin pikiran dan ekspektasi saya terlalu jauh..

indeed..
*shit happens*

Thursday, April 21, 2011

you wish and He's command

Between d and r..

Untuk kesempatan yang diberikan kali ini, saya sangat bersyukur. Bukan karena baru pindah kerjaan, namun lebih dikarenakan pada beruntungnya saya mendapatkan berbagai kesempatan yang langka ini.

Menikmati pekerjaan, baru saya rasakan sekarang. Saat saya bertanya pada seorang teman "Ci, kerja di bank enak ya?" jujur saja saya lupa nama Cici tersebut. Dan dia menjawab "Ga enak! Kerja dimana pun ga enak! Enakan kawin sama konglomerat!" Weew.. sebuah jawaban yang dulu sempat terlintas dipikiran, namun entah kenapa itu terdengar konyol. Bisa dibilang kalau kata ibu saya "Jangan mimpi!" alias tidak realistis. Apalagi si Cici teman saya ini, seorang ibu beranak dua. Hahahaha.. kembali ironi dunia hadir dalam perjalanan hidup saya.

Judul diatas sepintas biasa saja, saya juga tidak merasa "wah!". Saya tidak pernah tidak bermimpi (Saya suka kalimat ini! =p). Saat saya mulai mengerti bahasa inggris (tahun 90'an bahasa ini selalu hadir di tv kita), mencoba memaknai isi cerita film, memahami novel dari merekalah saya menapaki makna kehidupan. Tak ketinggalan orang-orang hebat disekeliling saya. Keluarga, teman dan relasi. Sikap mereka yang acuh, sombong, perhatian, iri, baik, remeh dan semua hal yang menjadikan saya seorang pemimpi.

Tunggu..
Jangan terlalu liar memikirkan jauhnya impian saya. Saya termasuk pemikir. Kapan pun dan dimana pun dan apa pun, saya bisa memikirkannya berhari-hari. Jadi untuk mimpi pun saya akan mengolahnya terlebih dulu. Karena saya sempat merasakan, mimpi tanpa berpikir itu jauh lebih ribet mengatasinya apabila menjadi kenyataan. Haha..

Mimpi saya tidak jauh dan tidak banyak. Hanya satu, namun selalu saya ucapkan berkali-kali.

SMA, sebagai anak pinggiran saya selalu berfikir untuk bisa bergaul dengan banyak orang hebat dilingkungan yang juda dahsyat. Metropolitan. Tahun '90 an, saya tidak bisa tidak terpana, dikala orang tua mengajak ke Jakarta. Ya, Jakarta. Belum New York! Tepatnya Jl. Sudirman, entah kenapa, saya selalu berbicara dalam hati, suatu saat saya akan berada tepat diantara gedung-gedung menjulang ini demi menggapai tujuan, belum impian. Dan sejak itulah saudara-saudara, ibarat berikhtiar. Setiap lewat Jl. Sudirman saya meng-amin-i-nya. Dengan harapan suatu hari saya berada di tengah ibu kota, bukan orang pinggiran lagi.

Avra kedavra..!
Impian itu didengar, yaa...impian itu didengar! Senang bukan kepalangkan!!
Seharusnya.

"So this is it..
This is what I wished for
Just isn't how I envisioned it
Feigned to the point of imprisonment
I just thought the shit'd be different
But something changed
The minute that I got a whiff of it
I started to inhale it Smell it
Started sniffin' it
And it became my cocaine
I just couldn't quit
I just wanted a little bit
Then it turned me in to a monster
I became a hypocrite.."
*Careful What You Wish For - Eminem

Ironi, untuk pertama kali hadir. Saya terjebak dalam kecepatan, emosi yang tidak berbatas dan keegoisan. Bagaimana tidak, metropolitan yang saya pikir adalah masa depan ternyata tidak sesuai dengan watak saya yang pinggiran. Dari sanalah saya mengerti what you wish, sometimes is not what you want . Ibu kota kejam nak.

Masih berlanjut, tapi saya harus mencari seraup berlian dulu..

*Sayangilah sesama*